Wapres Ibaratkan “Setan Kentut" Hoaks yang Bisa Bikin Negara Kacau
Wakil Presiden Ma'ruf Amin usai menghadiri Ikrar Merajut Keberagaman Nusantara di GOR Serbaguna Pemprov Sumut, Deli Serdang, Sumatra Utara, Kamis (19/10/2023). ANTARA/Mentari Dwi Gayati

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengibaratkan cerita "setan kentut" adalah kabar bohong atau hoaks yang jika dilakukan pada skala nasional dapat membuat kekacauan di Indonesia.

Saat memberi sambutan pada Ikrar Merajut Keberagaman Nusantara, Wapres Ma'ruf menceritakan setan yang tidak senang jika manusia rukun. Kerukunan tersebut diuji ketika ada tiga orang santri hendak melaksanakan salat.

"Jadi, kalau ada orang tidak suka rukun namanya setan. Hati-hati. Setan ini kemudian mencari cara bagaimana supaya tiga orang ini pecah, ketika lagi shalat kentutlah setan itu," kata Wapres dalam sambutannya pada Ikrar Merajut Keberagaman Nusantara di GOR Serbaguna Pemprov Sumut, Deli Serdang, Sumatera Utara, dilansir ANTARA, Kamis, 19 Oktober.

Ma'ruf kemudian menceritakan kentut sang setan membuat ketidakpercayaan satu sama lain di antara tiga santri itu karena sang imam tidak mau mempunyai makmum yang kentut saat shalat. Begitu juga dengan yang dipikirkan oleh sang makmum.

Ia mengingatkan "kentut setan" itu dapat dilakukan pada tingkat RT, RW, lurah, kabupaten, bahkan provinsi dan nasional.

"Nah, ini yang paling bahaya kalau yang kentut itu setan tingkat nasional ini. Ini seluruh Indonesia akan terjadi kekacauan gara-gara kentut setan, hati-hati dengan kentut setan itu, hoaks itu, itu hoaks itu sebenarnya kentut setan itu," kata Ma'ruf.

Ma'ruf menilai tantangan besar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, terutama pada tahun politik adalah dampak negatif dari kemajuan teknologi.

Keterbukaan dan kebebasan berekspresi di ruang publik, termasuk di media sosial, masih sering dicemari dengan hoaks dan ujaran yang dapat memicu perselisihan.

Padahal, kata Ma'ruf, kebebasan berpendapat dapat disampaikan secara santun, tanpa meninggalkan etika dan budaya.

Karena itu, Wapres meminta masyarakat, termasuk pendukung dan kontestan pemilu, dapat memperbanyak narasi-narasi kerukunan, bukan narasi konflik atau permusuhan yang justru berpotensi memecah persatuan bangsa.

"Jadi, semua apa yang kita miliki itu justru sebaliknya jangan dijadikan alat untuk memecah belah tapi untuk memperkuat ukhuwah persaudaraan. Terlebih saat ini, kita memasuki tahun politik, tentu banyak isu hangat yang menjadi perbincangan publik," kata Ma'ruf.