Kedai Ganja Amsterdam akan Tutup Pintu untuk Turis Asing
Cuplikan kedai ganja di Amsterdam dalam film Eurotrip (Sumber: IMDB)

Bagikan:

JAKARTA - Turis asing akan dilarang memasuki kedai kopi yang juga menjual ganja di Amsterdam, Belanda. Ini jadi bagian dari rencana mencegah kejahatan terorganisir. Belanda juga ingin mengurangi wisata narkoba yang telah menarik reaksi banyak penduduk dan pemilik bisnis.

Mengutip The Guardian, Selasa, 12 Januari 2021, keputusan tersebut didukung oleh kepolisian dan jaksa, bahkan Wali Kota Amsterdam Femke Halsema. Ia telah mengajukan proposal yang mengizinkan hanya penduduk Belanda yang boleh memasuki 166 kedai kopi yang menjual ganja. Kebijakan ini kemungkinan berlaku pada 2022.

Penelitian pemerintah menunjukkan 58 persen turis asing yang mengunjungi Amsterdam datang untuk mengonsumsi ganja, kata Halsema. Sementara penelitian lain menunjukkan Amsterdam akan mendukung kurang dari 70 kedai penjual ganja jika hanya penduduk setempat yang dilayani.

"Amsterdam adalah kota internasional dan kami ingin menarik wisatawan, namun karena kekayaannya, keindahannya, dan institusi budayanya," kata Halsema, menambahkan pandangan pasar ganja terlalu besar dan memiliki banyak kaitan dengan kejahatan terorganisir.

Halsema mengatakan Amsterdam itu bisa tetap terbuka, ramah, dan toleran. Tetapi pada saat yang sama akan membuat hidup lebih sulit bagi para penjahat dan mengurangi pariwisata massal yang memiliki budget rendah.

Ganja secara teknis ilegal di Belanda. Namun kepemilikan ganja kurang dari lima gram, didekriminalisasi pada 1976 di bawah "kebijakan toleransi." Produksi tetap ilegal, tetapi kedai kopi diizinkan menjual ganja.

Halsema mengatakan langkah itu akan memakan waktu berbulan-bulan agar efektif karena perlu ada masa konsultasi dan transisi untuk pemilik kedai kopi. Halsema juga ingin terlebih dahulu memperkenalkan skema untuk vendor yang disetujui.

Larangan serupa sudah ada di kota-kota seperti Maastricht dan Den Bosch. Hal tersebut diakibatkan terdapat keluhan banyaknya pengunjung yang merokok ganja lalu melintasi perbatasan Belgia, Jerman dan Prancis.

Khawatir akan pasar jalanan yang tidak terkendali, Amsterdam tidak memaksakan kriteria bagi kedai kopi yang menjual ganja yang jumlahnya sekitar sepertiga di Belanda. Sebaliknya, otoritas melarang merokok ganja di beberapa bagian kota dan menutup toko-toko individu.

Didorong oleh penerbangan murah dan pemesanan tiket daring, jumlah turis di Amsterdam, kota dengan 850.000 penduduk, melonjak menjadi hampir 20 juta pengunjung setahun. Banyak dari mereka masih muda dan memiliki anggaran terbatas. Akan ada lebih dari 29 juta pengunjung diperkirakan pada 2025.

Kota ini telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi kepadatan dan gangguan yang disebabkan oleh pariwisata yang berlebihan di pusat kota. Pemerintah Amsterdam kini membatasi jumlah toko yang menargetkan pengunjung, menekan Airbnb, menghentikan pembangunan hotel baru, dan menaikkan pajak.