Rudal Rusia Hantam Ukraina, Kyiv hingga Lviv Kembali Terancam Tanpa Pasokan Listrik
Ilustrasi serangan Rusia lagi. (Wikimedia Commons/National Police of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko memperingatkan pada Hari Kamis, Rusia telah menyerang infrastruktur utama di Ukraina, saat puluhan rudal diluncurkan ke pusat-pusat sipil pada Hari Kamis.

Serangan rudal dan tembakan pertahanan Ukraina terdengar di ibu kota dan terjadi ledakan di Kota Kharkiv, Odesa, Lviv, dan Zhytomyr.

"Kyiv mungkin mengalami masalah dengan pasokan listrik dan mendesak penduduk untuk mengisi daya ponsel mereka dan persediaan air," ujar Wali Kota Klitschko, dikutip dari The National News 30 Desember.

Sementara, Wali Kota Kharkiv Ihor Terekhov mengatakan para pejabat mengonfirmasi apa yang menjadi sasaran serangan itu dan apakah ada korban jiwa.

"Dua rumah pribadi di distrik Darnytskyi rusak akibat pecahan rudal yang jatuh," kata Pemerintah Kota Kyiv di Telegram.

Dikatakan bisnis dan taman bermain juga rusak, dengan kondisi para korban "sedang dikonfirmasi".

Wali Kota Lviv Andriy Sadovyi mengatakan di Telegram, 90 persen kota itu tanpa listrik dan angkutan umum listrik tidak berjalan.

"Kemungkinan ada gangguan pasokan air," tandasnya.

Militer Ukraina mengatakan menembak jatuh 54 rudal dari 69 yang diluncurkan oleh Rusia dalam serangan yang dimulai pukul 7 pagi waktu setempat. 

"Pagi ini, agresor meluncurkan rudal jelajah berbasis udara dan laut, peluru kendali anti-pesawat terbang dan S-300 ADMS di fasilitas infrastruktur energi negara kita,” tulis jenderal top Ukraina, Valery Zaluzhny, di Telegram, mengutip Reuters.

Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengakui bahwa pasukan negaranya telah menghantam fasilitas energi kritis Ukraina.

Itu terjadi setelah beberapa pemimpin internasional, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan bahwa menargetkan fasilitas energi dapat menjadi kejahatan perang.

Serangan itu terjadi saat kepala mata-mata negara itu Kyrylo Budanov mengatakan kepada BBC, bahwa konflik tersebut berada di ambang jalan buntu.

"Situasinya buntu, tidak bergerak," ujarnya.

"Kita tidak bisa mengalahkan mereka ke segala arah secara menyeluruh. Mereka juga tidak bisa. Kami sangat menantikan pasokan senjata baru, dan kedatangan senjata yang lebih canggih," tandasnya.

Diketahui, serangan terbaru datang dengan keras setelah penolakan Kremlin terhadap rencana perdamaian Ukraina, bersikeras bahwa Kyiv harus menerima aneksasi Rusia atas empat wilayah Ukraina.