Presiden Putin Telepon Emmanuel Macron: Bahas Gandum, Pembangkit Nuklir hingga Serangan ke Penjara
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Пресс-служба Президента Российской Федерации)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin membahas sejumlah hal dengan koleganya Presiden Prancis Emmanuel Macron, saat kedua pemimpin negara berbicara di telepon.

Salah satu hal yang dibahas kedua pemimpin adalah, perjanjian Istanbul tentang pengiriman biji-bijian dan ekspor barang-barang dari Rusia.

"Presiden Rusia menginformasikan tentang kemajuan dalam menerapkan kesepakatan 'paket' yang ditandatangani pada 22 Juli di Istanbul, tentang pengiriman gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam serta ekspor makanan dan pupuk Rusia ke pasar global," sebut Kremlin mengutip TASS 19 Agustus.

"Perhatian tertuju pada fakta, hambatan untuk ekspor Rusia yang disebutkan tetap ada, yang tidak memfasilitasi solusi tugas terkait dengan penyediaan keamanan pangan global," tambah Kremlin.

Hal berikutnya yang dibahas oleh kedua pemimpin adalah, masalah seputar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dan risiko akibat perang Rusia-Ukraina.

"Mereka menyentuh berbagai aspek situasi di sekitar Ukraina. Secara khusus, Presiden Putin menekankan, penembakan sistematis pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia oleh militer Ukraina, menimbulkan ancaman bencana skala besar yang dapat menyebabkan kontaminasi radioaktif di wilayah yang luas," terang Kremlin.

Baik Presiden Putin maupun Presiden Macron "mencatat pentingnya mengirim misi IAEA ke Zaporizhzhia sesegera mungkin, untuk menilai situasi nyata di lokasi."

"Pihak Rusia mengonfirmasi kesiapannya untuk memberikan bantuan yang diperlukan inspektur IAEA," tambah Kremlin.

Dalam percakapan tersebut, Presiden Putin juga mengulangi undangan bagi para ahli PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC), untuk mengunjungi lokasi serangan penjara di Yelenovka.

"Presiden Putin mengulangi undangan untuk para ahli dari Sekretariat PBB dan ICRC untuk mengunjungi pusat penahanan pra-sidang di Yelenovka (Republik Rakyat Donetsk), di mana sejumlah besar tawanan perang Ukraina tewas di serangan Ukraina," papar Kremlin.

Diadakan atas permintaan pihak Prancis, pembicaraan Hari Jumat adalah kontak pertama antara kedua pemimpin sejak 28 Mei, ketika mereka mengadakan percakapan telepon trilateral dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Ditambahkan Kremlin, kedua pemimpin sepakat untuk mempertahankan kontak tentang berbagai masalah.