Pengamat: Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin Mestinya Penuhi Undangan Jokowi Hadiri G20 di Bali
Jokowi mengundang Zelensky dan Putin untuk hadir di acara puncak G20 di Bali. (Foto Ist/DI Raga VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Jika perdamaian menjadi pilihan utama maka menang kalah tidak lagi menjadi pilihan akhir invasi Rusia terhadap Ukraina, sehingga undangan Presiden  Jokowi bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin ke KTT G20 pada November 2022 seharusnya dihadiri.

Menurut pengamat Ilmu Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, Dr. Algooth Putranto tawaran Presiden Indonesia untuk mengedepankan dialog harus dipahami sebagai upaya nyata menciptakan perdamaian dunia.

“Kalau kedua pihak menginginkan perdamaian, menurut saya baik Zelenskyy dan Putin mestinya memenuhi undangan Presiden Jokowi untuk menghadiri ajang G20 di Bali. Bagi Presiden Putin, setidaknya ini bisa menyelamatkan muka Rusia setelah gagal dalam invasi ke Ukraina,” tuturnya kepada VOI Jumat, 1 Juli.

Presiden Jokowi bersama Presiden Putin di Kremlin, Moskow, Rusia. (dok Kremlin.ru)
Presiden Jokowi bersama Presiden Putin di Kremlin, Moskow, Rusia. (dok Kremlin.ru)

Sebaliknya, lanjutnya, bagi Presiden Zelenskyy ini adalah kesempatan besar meraih perdamaian bagi negaranya. Bahkan, memungkinkan Ukraina meraih perhatian dalam bentuk investasi maupun bantuan langsung dari negara-negara anggota G20.

Seperti diketahui G20 bertujuan untuk mendiskusikan kebijakan-kebijakan dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan internasional. Secara umum, tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Menurut Algooth undangan bagi kedua negara yang berkonflik menjadi pesan tegas bahwa Indonesia selaku presidensi G20 tidak mengingkan adanya perpecahan dalam KTT G20 nanti di Bali. Sikap Indonesia sekaligus jawaban bagi sejumlah negara yang menginginkan penolakan terhadap kehadiran Rusia di Bali.

“Kehadiran Zelenskyy dan Putin bisa menjadi jawaban bagi Amerika dan negara-negara sekutunya di NATO. Bagaimana pun gengsi NATO terselamatkan setelah tidak mampu secara bulat bersikap terhadap invasi Rusia ke Ukraina,” tuturnya.

Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers bersama Presiden Zelensky. (Sumber: President.gov.ua)
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers bersama Presiden Zelensky. (Sumber: President.gov.ua)

Dia mengingatkan keragu-raguan NATO dalam menyikapi konflik Rusia-Ukraina menyebabkan jatuhnya korban jiwa sekaligus membangkitkan trauma bubarnya SEATO, pakta pertahanan serupa yang pernah digagas Amerika dan Prancis di Asia Tenggara.

SEATO adalah pakta pertahanan yang didirikan oleh Amerika Serikat, Thailand, Filipina, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Bangladesh, Prancis, dan Inggris pada tanggal 8 September 1954 di Manila. SEATO bermarkas di Bangkok, Thailand.

Namun pada 30 Juni 1977, SEATO resmi dibubarkan setelah Inggris, Prancis dan Pakistan yang mundur dari keanggotaan organisasi dan puncaknya kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam pada tahun 1975.

Sementara bagi Indonesia, kehadiran Zelenskyy dan Putin memperbesar kesempatan Indonesia memperkenalkan organisasi G20 bagi masyarakat di dalam negeri yang memang kurang akrab dan peduli.

Kurang tenarnya organisasi G20 di masyarakat Indonesia setidaknya tecermin dari survei yang dilakukan Lowy institute pada tahun 2020 dan 2021. “Hasilnya menyedihkan karena kurang dari 5 persen masyarakat yang disurvei menilai G20 itu penting. Nah kehadiran Pak Zelenskyy ini akan menarik dan berpeluang membuat masyarakat kita ingin tahu apa itu negara Ukraina dan tentunya G20,” katanya sembari berharap Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin bisa sama-sama ke Bali penuhiundangan Jokowi.