Presiden Putin Tuding Barat Persiapkan Pembunuhan Jurnalis Rusia, Menghancurkan Rusia dari Dalam
Presiden Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin menuduh Barat berusaha untuk menghancurkan Rusia, menuntut jaksa mengambil garis keras dengan apa yang dia berikan sebagai plot yang dibuat oleh mata-mata asing untuk memecah negara dan mendiskreditkan angkatan bersenjatanya, pada Hari Senin.

Berbicara kepada jaksa tinggi Rusia dan disaksikan oleh menteri pertahanannya, Presiden Putin menuduh Barat menghasut serangan terhadap jurnalis Rusia.

Dia mengatakan, penerus utama KGB era Soviet, Layanan Keamanan Federal (FSB), pada hari Senin telah mencegah upaya pembunuhan oleh "kelompok teroris" terhadap seorang jurnalis TV terkenal Rusia yang kemudian disebut oleh media pemerintah sebagai Vladimir Solovyev.

"Mereka telah pindah ke teror, untuk mempersiapkan pembunuhan jurnalis kami," ujar Presiden Putin tentang Barat, melansir Reuters 25 April.

Solovyev adalah salah satu jurnalis TV dan radio paling terkenal di Rusia. Dia pembawa acara talk show yang blak-blakan, tamunya sering merendahkan Ukraina dan membenarkan tindakan Moskow di sana.

Presiden Putin, mantan mata-mata KGB yang telah memerintah Rusia sebagai pemimpin tertinggi sejak hari terakhir tahun 1999, tidak segera memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya, dengan Reuters tidak dapat segera memverifikasi tuduhan tersebut.

Solovyev tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Presiden Putin mengatakan, Barat telah menyadari Ukraina tidak bisa mengalahkan Rusia dalam perang, sehingga telah pindah ke rencana yang berbeda, penghancuran Rusia itu sendiri.

"Tugas lain telah mengemuka: memecah masyarakat Rusia dan menghancurkan Rusia dari dalam. Ini tidak bekerja," ungkap Presiden Putin.

Lebih jauh Presiden Putin mengatakan, organisasi media asing dan media sosial telah digunakan oleh mata-mata Barat untuk melakukan provokasi terhadap angkatan bersenjata Rusia.

Jaksa harus bereaksi cepat terhadap berita dan laporan palsu yang merusak ketertiban, tukas Presiden Putin, tanpa memberikan contoh spesifik.

"Mereka sering diorganisir dari luar negeri, diorganisir dengan cara yang berbeda, baik informasinya berasal dari sana atau uangnya. Jaksa harus memerangi ekstremisme "lebih aktif," tegasnya.

Diketahui, Hanya beberapa hari setelah memerintahkan invasi ke Ukraina, Presiden Putin menandatangani undang-undang yang menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun karena sengaja menyebarkan berita "palsu" tentang militer.

Rusia mengatakan, media Barat telah memberikan narasi parsial yang berlebihan tentang perang di Ukraina, yang sebagian besar mengabaikan kekhawatiran Moskow, tentang perluasan NATO dan apa yang dikatakannya adalah penganiayaan terhadap penutur bahasa Rusia di Ukraina.

Sementara, Ukraina, yang menyangkal diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia, tidak segera menanggapi pernyataan Putin.

Kantor berita negara RIA mengatakan, anggota kelompok neo-nasionalis sayap kanan yang dikenal sebagai "Sosialisme Nasional/Kekuatan Putih" telah merencanakan untuk membunuh Solovyev atas perintah Ukraina.

Invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat, sejauh ini dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Presiden Putin mengatakan, operasi militer khusus di Ukraina diperlukan, karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Dan, Ukraina bersalah atas genosida terhadap orang-orang berbahasa Rusia.

Adapun Ukraina mengatakan sedang memerangi perampasan tanah oleh Rusia, menyebut klaim genosida Presiden Putin adalah omong kosong.