Cara Pemkot Malang Supaya Bencana Hidrometeorologi Tak Sering Mampir
Foto via Antara

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, berupaya mengurangi risiko bencana hidrometeorologi, dengan melakukan pembersihan sedimen dan sampah dari saluran air yang ada di kawasan itu.

Kadis Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Pemkot Malang Diah Ayu Kusumadewi mengatakan, pengerukan dengan menggunakan alat berat merupakan langkah antisipasi terjadinya bencana banjir, khususnya di Kecamatan Lowokwaru.

Dikutip dari laman resmi Kemenko PMK, bencana hidrometeorologi disebabkan oleh faktor alam seperti banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung. Frekuensi bencana hidrometeorologi pada tahun 2020 lalu, mengalami kenaikan hampir delapan kali lipat dibandingkan tahun 2005 silam.

"Kami tentu tidak berharap ada kondisi ekstrem. Pengerukan untuk membersihkan sedimen dan sampah dengan alat berat ini dilakukan sebagai antisipasi," kata Diah, Kamis 21 April dikutip dari Antara.

Diah menjelaskan pengerukan belasan kubik sedimen dan sampah dari saluran air di kawasan Bukirsari tersebut dilakukan karena memiliki keterkaitan dengan jaringan saluran air yang ada di Jalan S Parman.

Ia berharap, pembersihan sedimen dan sampah tersebut bisa mengurangi munculnya genangan air pada saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada lokasi lain dalam jaringan terhubung dengan kawasan Bukirsari.

Ia menambahkan, salah satu tantangan pengerukan adalah akses masuk alat berat yang terbatas mengingat ruang-ruang di kanan kiri saluran banyak bangunan. Pihaknya akan terus berupaya, termasuk membuat akses sementara agar alat berat bisa masuk.

"Kami juga sedang berkomunikasi dengan beberapa instansi terkait untuk kebutuhan tambahan alat berat dan koordinasi pengerukan di saluran irigasi yang di luar kewenangan Pemkot", ujarnya.

Ia memastikan Satgas Drainase DPUPRPKP Pemkot Malang juga terus berkeliling membersihkan saluran demi saluran, bekerja sama dengan satgas tingkat kecamatan, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dan berbagai elemen masyarakat lainnya.

Stasiun Klimatologi Karangploso meminta masyarakat untuk waspada akan potensi bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari cuaca ekstrem di Malang Raya, seperti genangan sesaat, angin kencang, tanah longsor, pohon tumbang, hingga banjir kiriman dari aliran hulu Sungai Brantas.

Masyarakat Kota Malang juga diminta meningkatkan kewaspadaan dengan secara rutin memantau perkembangan cuaca dari aplikasi dan radar cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).