Sebut Pembicaraan Damai Temui Kebuntuan, Presiden Putin: Blitzkrieg yang Diperhitungkan Musuh Kita Tidak Berhasil
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/The Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Hari Selasa, pembicaraan damai dengan Ukraina telah menemui jalan buntu, menggunakan komentar publik pertamanya tentang konflik dalam lebih dari seminggu, bersumpah pasukannya akan menang.

Pertama kalinya berpidato di depan umum sejak pasukan Rusia mundur dari Ukraina utara, setelah mereka dihentikan di gerbang Kyiv, Presiden Putin berjanji Rusia akan mencapai semua tujuan 'mulia' di Ukraina.

Dalam sinyal terkuat hingga saat ini, bahwa perang akan berlangsung lebih lama, Presiden Putin mengatakan Kyiv telah menggagalkan pembicaraan damai dengan melakukan apa yang dia katakan, sebagai klaim palsu atas kejahatan perang Rusia, dengan menuntut jaminan keamanan untuk menutupi seluruh Ukraina.

"Kami kembali ke situasi buntu bagi kami," kata Presiden Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999, dalam jumpa pers saat berkunjung ke Vostochny Cosmodrome 3.450 mil (5.550 km) timur Moskow, melansir Reuters 13 April.

Ditanya oleh pekerja badan antariksa Rusia, apakah operasi di Ukraina akan mencapai tujuannya, Presiden Putin berkata: "Tentu saja. Saya tidak ragu sama sekali."

Rusia akan secara berirama dan tenang melanjutkan operasinya, tetapi kesimpulan strategis yang paling penting adalah, tatanan internasional unipolar yang telah dibangun Amerika Serikat setelah Perang Dingin bubar, ujar Presiden Putin.

Dia mengatakan, Rusia tidak punya pilihan selain berperang karena harus membela penutur bahasa Rusia di Ukraina timur, mencegah bekas tetangga Sovietnya menjadi batu loncatan anti-Rusia bagi musuh Moskow.

Sementara, Barat telah mengutuk perang itu sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran yang brutal, menargetkan negara berdaulat. Ukraina mengatakan sedang berjuang untuk bertahan hidup setelah Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan pada 21 Februari mengakui dua wilayah pemberontaknya sebagai negara berdaulat.

Presiden Putin menolak sanksi Barat, yang telah mengarahkan Rusia ke resesi terburuk sejak tahun-tahun setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991, sebagai kegagalan.

"Blitzkrieg yang diperhitungkan musuh kita tidak berhasil, Amerika Serikat siap bertarung dengan Rusia sampai Ukraina terakhir, begitulah adanya," tuturnya. Blitzkrieg adalah taktik perang yang digunakan oleh Nazi untuk menguasai Eropa dalam waktu singkat, mengandalkan pasukan infanteri dengan kendaraan lapis baja.

Presiedn Putin, yang telah muncul di mana-mana di televisi Rusia pada hari-hari awal perang, sebagian besar telah mundur dari pandangan publik sejak penarikan Rusia dari Ukraina utara dua minggu lalu.

Satu-satunya penampilan publiknya dalam seminggu terakhir adalah di pemakaman seorang anggota parlemen nasionalis, di mana dia tidak secara langsung berbicara tentang perang.