Kenaikan Harga Sudah Terjadi Sejak Imlek, Penjual Daging Mengaku Omzetnya Turun 75 Persen
Penjual daging sapi di pasar tertidur karena sepinya pembeli, imbas dari kenaikan harga yang tinggi/ Foto: Rizky Sulistio/ VOI

Bagikan:

JAKARTA – Pedagang daging sapi se-Jabodetabek dan Banten berencana akan mogok jualan karena tingginya harga daging sapi, baik lokal maupun import.

Suhaili, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Senen Blok III, mengatakan para pedagang akan melakukan aksi mogok agar harga daging kembali normal.

"Tiap tahun selalu begini, ada kenaikan (harga daging). Kita ngadain mogok supaya ada turun harga, kalo kaya gini gimana kita mau dagang. Untungnya engga ada," kata Suhaili saat ditemui VOI di los/ kios daging, Blok III, Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat 25 Februari.

Menurut Suhaili, seluruh penjual daging sapi di Jabodetabek mengeluhkan hal yang sama, yakni kenaikan harga daging.

Karena menurutnya, dengan adanya kenaikan harga daging maka animo masyarakat membeli daging secara bersamaan akan turun drastis.

"Pembeli menurun 75 persen. Kenaikan sudah dari habis Imlek, kesininya naik terus. Konsumen makin engga ada, sudah sebulan lebih," katanya.

Meski dirinya masih memaksakan berjualan, namun untung yang didapatkan pun semakin kecil lantaran harga beli daging sapi dari rumah pemotongan hewan (RPH) pun mahal.

"Yang ada abis modal. Ya betul, keluhannya (pedagang) satu Jabodetabek sama," ujarnya.

Dalam kesehariannya, Suhaili menjual daging sapi lokal dan import di los Blok III Pasar Senen.

"Biasanya beli kalau daging sapi lokal dari rumah pemotongan hewan (RPH) di Tangerang. Saya jual kebanyakan daging sapi lokal karena pembeli daging kebanyakan (daging sapi) lokal," ujarnya.

Suhaili mewakili rekan sesama pedagang daging sapi di Blok III Pasar Senen berharap, dengan dilakukannya aksi mogok massal pada hari Senin mendatang, pemerintah dapat menstabilkan kembali harga daging sapi.

"Kita maunya harga stabil lagi seperti biasa," ujarnya.