Omicron BA.2 Sedang Jadi Perhatian karena Bisa Sebabkan Perbedaan Hasil Tes PCR
DOK VOI ILUSTRASI

Bagikan:

JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyatakan sub varian Omicron BA.2 sedang menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil tes PCR.

"Saat ini varian Omicron berdasarkan susunan genetiknya di kategorisasi menjadi B.1.1.529, BA.1, BA.2 dan BA.3. Khususnya Omicron BA.2 tengah menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR," ujar Juru Bicara Nasional Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dikutip Antara, Kamis, 27 Januari.

Pada Omicron lainnya, kata dia, ada mutasi berupa hilangnya susunan tertentu pada gen S dapat memunculkan deteksi gen lainnya, namun gen S tidak terdeteksi atau S Gene Target Failure (SGTF) pada tes PCR.

"Namun pada Omicron BA.2 susunan ini tidak hilang sehingga PCR tidak memunculkan hasil SGTF atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron, padahal BA.2 merupakan salah satu jenis Omicron," paparnya.

Pada prinsipnya, Wiku mengatakan diperlukan waktu untuk meneliti karakteristik varian baru yang muncul, terlebih menganalisis dampaknya secara epidemiologi.

Menurutnya, keempat jenis varian Omicron itu saat ini masih dalam proses penelitian dan belum ada laporan lanjutan dari WHO.

"Dengan demikian, strategi pencegahan merupakan langkah terbaik menghadapi munculnya varian baru apapun jenisnya. Dalam hal ini pemerintah selalu melakukan evaluasi dan monitoring atas keseluruhan strategi pencegahan yang dilakukan baik dari kebijakan pelaku perjalanan luar negeri hingga penegakan disiplin protokol kesehatan," tuturnya.

Sejak kemunculannya pertama kali pada tanggal 16 Desember 2021 hingga saat ini, dalam kurun waktu enam pekan telah terdeteksi sebanyak 1.766 kasus Omicron di Indonesia.

"Jika dibandingkan dengan kurun waktu yang sama jumlah total penambahan kasus positif COVID-19 adalah sebesar 41.549 kasus. Artinya, varian Omicron yang terdeteksi sejauh ini menyebabkan 4,25 persen dari total keseluruhan kasus positif di Indonesia," paparnya.

Namun Wiku menekankan penting untuk dipahami kasus Omicron saat ini adalah yang terdeteksi melalui pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) pada sampel dari kasus positif yang ada.

"Bisa saja tidak merepresentasikan jumlah kasus yang sesungguhnya," katanya.