7 Dampak Negatif dari Rasa Marah, Pemicu Penyakit bagi Kesehatan Mental dan Fisik
Ilustrasi efek marah pada kesehatan (Unsplash/Usman Yousaf)

Bagikan:

PALEMBANG- Seseorang yang marah atau mengalami emosi tinggi adalah hal yang wajar atau manusiawi. Peraasaan marah tidak baik jika dipendam. Kita malah lebih disarankan untuk mengekspresikannya .

Rasa marah, misalnya, kerap diekspresikan dengan membentak maupun melakukan hal-hal yang merusak. Nah , ternyata sendiri ternyata berefek besar pada kesehatan mental maupun kesehatan fisik  lho .

Dilansir  Everyday Health,  Rabu, 6 Oktober, berdasarkan fakta menunjukkan bahwa marah seseorang bisa berpikir lebih rasional. Namun ketika marah dengan cara yang tidak sehat, misalnya menahan dan sebaliknya, meledak parah bisa terjadi pada kesehatan Anda.

Jika kesabaran Anda mulai menipis, maka mengolah dan mengisinya kembali bisa jauh dari 7 efek negatif berikut di bawah ini.

1. Berisiko pada jantung

Menurut Chris Aiken, MD., seorang instruktur dan psikiatri klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest dan direktur Mood Treatment Center di North Karolina, merusak paling merusak jantung. Dalam dua jam setelah serangan meledak, seseorang kemungkinan mengalami jantung dua kali lebih hebat. Sedangkan menahan juga bisa menyebabkan risiko yang sama.  

2. peningkatan risiko mengalami stroke

Sebuah studi menemukan ada risiko tiga kali lebih tinggi yang dialami seseorang ketika sering marah. Risiko mengalami darah pada otak atau pendarahan di otak sehingga memicu stroke. Mary Fristad, Ph.D., seorang profesor psikologi dan psikiatri di Ohio State University, menyarankan Anda harus mempertimbangkan strategi koping yang positif sehingga mengurangi risiko kesehatan menurun.

3. Melemahkan sistem kekebalan tubuh

Mengingat pengalaman yang menyulut saja, menurut penelitian dari Universitas Harvard, bisa menurunkan tingkat antibodi imunoglobulin A selama 6 jam. Strategi koping yang disarankan oleh Fristad antara lain berkomunikasi dengan tegas dan memecahkan masalah secara efektif.

Bahkan Fristad juga menyarankan untuk menggunakan humor untuk merilisnya. Ia juga sedang menyusun ulang pikiran yang hitam-putih atau salah-benar, menjadi lebih heterogen. Tapi langkah pertama yang perlu dilewati adalah harus tahu cara memilih diri.

4. Kecemasan meningkat

Kemarahan dan kecemasan adalah sepasang persoalan yang bisa berjalan beriringan. Sebuah studi tahun 2012 dalam jurnal Cognitive Behavior Therapy menemukan bahwa kemarahan dapat memperburuk gejala kecemasan umum.

5. Kemarahan juga berkaitan dengan depresi

Aiken menyarankan, bagi seseorang yang emosional atau gampang marah, perlu menyibukkan diri dengan aktivitas yang positif untuk menghindari risiko overthinking hingga mengalami depresi. Aktivitas positif tersebut berguna menarik fokus sehingga enggak ada ruang untuk emosi membara dalam kepala maupun dada.

6. Menurunkan fungsi paru-paru

Sekelompok ilmuwan di Universitas Harvard melibatkan 670 partisipan pria selama 8 tahun untuk mengukur tingkat kemarahan dan menilai perubahan apa yang terjadi pada paru-paru mereka.

Pria yang punya tingkat permusuhan buruk secara signifikan berisiko mengalami masalah pernapasan. Peningkatan hormon stres ketika merah berefek pada peradangan disalah satu saluran pada paru-paru.

7. Kemarahan mempersingkat hidup

Fristad menambahkan, stress dan marah bisa memperpendek usia Anda. Studi yang membuktikan temuan tersebut dilakukan Universitas Michigan selama 17 tahun dan menemukan bahwa pasangan yang menahan amarah memiliki rentang hidup lebih pendek. Sedangkan pasangan yang mampu mengomunikasikan secara positif lebih bahagia dan berumur lebih panjang.

Bagaimana cara mengelola emosi agar tidak mengembangkan dan menurunkan kualitas kesehatan fisik maupun mental? Ikuti ulasannya di  VOI .

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI dengan judul 7 Efek Negatif dari Rasa Marah, Bisa Menurunkan Kondisi Kesehatan . Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel .