Mengenal Pola Asuh  Otoriter dan Dampak Buruknya Bagi Anak
Ilustrasi Orangtua Otoriter (August de Richelieu/Pexels)

Bagikan:

PALEMBANG - Setiap orang tua pasti memiliki pola asuh yang berbeda dalam mendidik anak .  Ada orangtua yang cenderung memiliki pola asuh yang sifatnya permisif.

Banyak juga yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter. Meski dianggap terlalu keras, banyak orangtua menilai bahwa pola asuh otoriter merupakan cara terbaik agar anak belajar aturan aturan.

Dikutip dari laman  Parenting Science , Selasa, 16 Februari, Gwen Dewar, Ph.D, seorang Antropologis menjelaskan bahwa pola asuh otoriter itu tidak selamanya baik karena dapat menghilangkan kedekatan antara anak dan orangtua.

“Pola asuh otoriter adalah yang paling ketat dan keras. Ini memaksa anak untuk patuh dan baik setiap saat dengan memberikan ancaman, dipermalukan, dan hukuman lainnya. Pola asuh ini juga mendekati pendekatan orangtua yang tidak hangat dan responsif,” tulis Dewar.

Selain itu pola asuh otoriter juga membawa dampak negatif lain bagi kehidupan anak, seperti;

Membangkang pada aturan

Memang benar-benar menjadi otoriter yang bisa membuat anak taat pada aturan. Namun, seiring anak berkembang, ia akan tumbuh lelah dan muak dengan aturan ketat tanpa henti dalam hidupnya. Akhirnya, ia akan mencoba mencari tahu dari orangtua dengan melakukan aksi yang mungkin saja membahayakan dirinya sendiri. 06:03

Aturan Ketergantungan

Ada dua kemungkinan sikap yang timbul dari hasil pola asuh orangtua otoriter, yaitu membangkang pada aturan atau aturan aturan. kebiasaannya dalam menjalankan aturan membuat anak jadi sulit menentukan tujuan hidup. Ketika ia dihadapkan dengan situasi lingkungan tanpa aturan, anak akan merasa tidak aman dan bingung harus berbuat apa. Sebab, hidupnya sudah terbiasa dikendalikan oleh orangtua.

Kurang percaya diri

Dampak berkelanjutan dari prinsip dasar adalah timbulnya rasa tidMengenal Pola Asuh  Otoriter dan Dampak Buruknya Bagi Anakak percaya diri pada anak. Ia akan merasa sulit membawa diri di lingkungan baru atau kurang pandai dalam menghadapi kondisi sosial lain, selain dari yang ia jalani.

Pelaku kekerasan

Anak-anak rentan sekali meniru perilaku orangtuanya. Sikap orangtua merupakan teladan bagi anak. Maka, jika anak sering melihat hukuman adalah hal yang normal terjadi sebagai bagian dari pola asuh otoriter, bisa jadi ia akan menjadi pelaku  bullying  di sekolah. Apalagi jika orangtua sering menghukum anak sambil berkata "ini semua untuk kebaikan kamu". Anak akan bertindak keras pada temannya karena ia pikir memberi hukuman adalah satu hal yang baik.

Sulit mengungkapkan ekspresi

Terbiasa tunduk pada peraturan, ancaman, dan hukuman menjadikan anak susah mengungkapkan ekspresi. Ia bahkan cenderung tumbuh menjadi anak pemalu dan tidak percaya diri untuk berteman.

I kuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI .